Senin, 18 Oktober 2021

Sistem Pengapian Konvensional: Pengertian, Fungsi, Komponen dan Cara Kerja


 


Sistem Pengapian Konvensional : Pengertian, Fungsi, Komponen dan Cara Kerja – Motor bakar merupakan motor yang menghasilkan tenaga melalui proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar di dalam cylinder (ruang bakar). Berdasarkan jenis bahan bakarnya, motor bakar khususnya mobil dibedakan menjadi dua yaitu mesin bensin dan mesin diesel.

Pada mesin bensin, pada akhir langkah kompresi dibutuhkan percikan bunga api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompresi tadi. Sehingga akan terjadi langkah usaha yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan mobil.

Lihat selengkapnya tentang siklus kerja motor dalam artikel : Cara Kerja Motor 4 Langkah (Tak).

Sebuah sistem yang menyediakan percikan bunga api dalam ruang bakar ini disebut sebagai sistem pengapian. Percikan atau loncatan bunga api akan terjadi pada ujung elektroda pada busi, bunga api ini dapat terjadi apabila tegangan yang melawatinya cukup tinggi. Untuk itu diperlukan ignition coil (koil pengapian) untuk menaikkan tegangan baterai (12 volt) menjadi 10k volt.

Tegangan yang telah dinaikkan akan disalurkan/dibagi ke masing-masing silinder oleh distributor melalui kabel busi (kabel tegangan tinggi). Seiring perkembangan teknologi, sistem pengapian ini terus berkembang dengan kecanggihan dan kefektifannya.

Ada sistem pengapian elektronik yang menggunakan transistor, CDI dan lain-lain, komponennya pun juga mengalami perkembangan. Misal saja pada sistem pengapian konvensional menggunakan satu ignition coil untuk 4 silinder, namun pada mobil-mobil sekarang terdapat satu ignition coil untuk satu silinder, atau satu inginiton coil untuk 2 silinder.

Sebelum memahami sistem pengapian elektronik, kita akan mempelajari terlebih dahulu mengenai sistem pengapian konvensional. Kita akan mempelajari mulai dari pengertian sistem pengapian, fungsi sistem pengapian, komponen-komponennya dan cara kerja sistem pengapian konvensional.

Tapi sebelum itu semua, bantu website ini dengan like fanspage dan subcribe channel YouTube bisaotomotif.com yaa.. Terimakasih !!  

Pengertian Sistem Pengapian Konvensional 

Pengertian ke 1 :

Sistem pengapian konvensional adalah sebuah sistem pada kendaraan bermotor yang berfungsi untuk membangkitkan tegangan baterai (12 volt) menjadi tegangan tinggi (10k volt) yang kemudian disalurkan ke masing-masing silinder sehingga menghasilkan loncatan bunga api pada busi yang dibutuhkan untuk proses pembakaran.

Pengertian ke 2 :

Sistem pengapian konvensional adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk menyediakan loncatan bunga api pada busi dengan cara menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi (pada coil) dengan bantuan platina (breaker point) untuk memutuskan arus primer (arus dari baterai).

Fungsi Sistem Pengapian

Sistem pengapian konvensionel memiliki beberapa fungsi utama yaitu :

1. Menyediakan loncatan bunga api pada busi dalam waktu yang tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar.

2. Agar terjadi loncatan bunga api, maka tegangan harus tinggi. Sehingga sistem pengapian juga berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi pada coil melalui hubung singkat arus primer oleh breaker point (platina).

Komponen-komponen Sistem Pengapian Konvensional + Fungsinya

Sistem pengapian konvensional memiliki beberapa komponen utama, yang membedakan komponen sistem pangapian konvensional dan elektronik adalah pada pemutusan arus primernya. Pemutusan arus primer ini bertujuan agar pada ignition coil terjadi induksi tegangan tinggi.

Pada pengapian konvensional pemutusan arus primer dilakukan oleh breaker point (platina), sementara pada pengapian elektronik dilakukan oleh transistor maupun CDI (Capasitor Dicharge Igntiton).

Okee, berikut adalah komponen-komponen sistem pengapian beserta fungsinya :

Komponen sistem pengapian konvensional

Komponen sistem pengapian konvensional

1. Baterai

Dalam sistem pengapian baterai ini berfungsi untuk menyediakan arus listrik voltase rendah (12 volt) untuk ignition coil.  Selain menjadi komponen sistem pengapian, baterai juga berfungsi untuk mensuplay kebutuhan kelistrikan pada saat mesin belum hidup, komponen yang disuplay antara lain sistem pengisian, klakson, sistem starter dan komponen kelistrikan bodi yang lain.

2. Ignition coil

Berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai (12) menjadi tegangan tinggi (10KV atau lebih) yang dibutuhkan untuk pengapian (meloncatkan bunga api pada busi).

Koil pengapian terdiri dari dua kumparan yang masing-masing dililitkan pada inti besi. Kumparan pertama disebut dengan kumparan primer, dan yang kedua disebut kumparan sekunder.

Kumparan primer akan menerima arus dari baterai, yang kemudian akan diputus oleh breaker point (platina) sehingga pada kumparan sekunder terjadi induksi elektromagnetik dan membangkitkan tegangan hingga 10K volt atau lebih.

Komponen ignition coil
Gambar kontruksi ignition coil (koil pengapian)

Kumparan primer coil memiliki kawat tembaga yang lebih besar (0,5 – 1,0 mm) namun memiliki jumlah gulungan yang lebih sedikit dibandingkan kumparan sekunder yaitu 150 – 300 kali.

Sebaliknya, kumparan sekunder memiliki kawat tembaga dengan diameter yang lebih kecil, namun memiliki jumlah gulungan yang lebih banyak yaitu antara 15.000 – 30.000 gulungan.

3. Distributor

Distributor sistem pengapian
Gambar ilustrasi distributor pada sistem pengapian

Berfungsi untuk membagi/mendistribusikan tegangan tinggi yang telah dibangkitkan oleh ignition coil ke masing-masing silinder. Distributor terdiri dari beberapa komponen yaitu :  

Komponen-komponen Distributor
Komponen-komponen Distributor

a. Cam (nok)

Berfungsi untuk membuka breaker point (platina) pada sudut crankshaft (poros engkol) yang tepat untuk setiap silinder. Nok ini terhubung dengan poros distributor, dan biasanya digerakkan oleh poros nok (cam shaft)

b. Breaker point (platina)

Berfungsi untuk memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer pada ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.

c. Kondensor

Berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api yang terjadi pada platina saat membuka dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil sekunder.

Baca lebih lanjut : Fungsi Kondensor pada Sistem Pengapian

d. Centrifugal Governor Advancer

Berfungsi memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.

e. Vakum Advancer

Berfungsi untuk memajukan saat pengapian berdasarkan beban mesin. Bentuknya mirip seperti piringan dengan dua buah selang yang dihubungkan ke karburator dan intake manifold.

Komponen yang satu ini dipasang pada distributor, dan dihubunkan dengan backing plate atau dudukan dari platina. Sehingga ketika komponen ini aktif, dia akan menggeser backing plate yang akan mempengaruhi buka tutup platina.

Bagian vakum advancer
Bagian vakum advancer

Keterangan gambar :
1. Plat dudukan kontak pemutus yang bergerak radial
2. Batang penarik
3. Diafragma
4. Pegas
5. Langkah maksimum
6. Sambungan slang vakum

Selengkapnya bisa baca dalam artikel : Fungsi, Bagian, dan Cara Kerja Vakum Advancer

f. Rotor

Berfungsi membagikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh ignition coil ke tiap-tiap busi.

g. Distributor Cap

Berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi untuk masing-masing busi.

4. Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Cord)

Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi. Orang kada menyebut komponen ini sebagai kabel busi. 

Kabel busi ini bisa saja mengalami masalah seperti hambatan terlalu besar atau bahkan bisa terputus. Bila hal itu terjadi maka pengapian yang dihasilkan tidak maksimal.

Baca: Cara Memeriksa Kabel Tegangan Tinggi

5. Busi (Spark Plug)

Fungsi Busi adalah untuk menghasilkan loncatan bunga api melalui elektrodanya. Atau mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncata bunga api pada elektrodanya. Nama lain dari busi adalah spark plug.

Baca: Penyebab Busi Berwarna Hitam

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional

Cara kerja sistem pengapian konvensional di bawah ini di bagi menjadi dua bagian yaitu pada saat platina membuka dan pada saat platina menutup.

Cara kerja ini juga mengilustrasikan bagaimana arus listrik dari baterai 12 volt yang kemudian dibangkitkan menjadi 10k volt yang terjadi pada kumparan sekunder ignition coil dan kemudian disalurkan ke-busi melalui kabel busi.

1.  Saat Kontak Platina Menutup

Cara kerja sistem pengapian konvensional saat platina menutup
Cara kerja sistem pengapian konvensional saat platina menutup

Ilustrasi di atas adalah cara kerja sistem pengapian pada saat kontak platina menutup. Pada saat ini aliran arus dari baterai akan mengalir ke kunci kontak, kumparan primer coil, menuju ke platina dan ke massa. Lihat aliran arus pada garis berwarna merah.

Karena kumparan primer pada ignition coil dialiri arus, maka akan terjadi kemagnetan pada kumparan tersebut.

2. Saat Kontak Platina Membuka

Cara kerja sistem pengapian konvensional saat platina membuka
Cara kerja sistem pengapian konvensional saat platina membuka

Ketika nok distributor berputar kemudian membuka kontak platina, maka arus primer (arus yang mengalir pada kumparan primer coil) akan terputus secara tiba-tiba. Pemutusan arus ini akan mengakibatkan indusi elektromagnetik pada kumparan sekunder coil. Tegangan akan dibangkitkan menjadi 10k volt atau lebih.

Arus yang telah dibangkitkan di kumparan sekunder coil ini akan dialirkan ke rotor dan di distribusikan ke masing-masing busi. Busi yang teraliri arus tegangan tinggi akan terjadi loncatan bunga api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar.

Kontak platina yang membuka dan menutup akan menghasilkan percikan juga pada kontak platina, percikan ini akan merugikan tegangan dan membuat kontak platina lebih cepat aus.

Merugikan tegangan karena pemutusan arus primer akan terhambat akibat percikan api. Untuk itulah ada kondensor yang akan menyerap tegangan dan menyimpannya, sehingga loncatan bunga api pada platina dapat diminimalisisr. 


EVALUASI

Kamis, 16 September 2021

Cara identifikasi Terminal Regulator

Pada regulator pengisian mobil terdapat beberapa terminal. Oleh karena itu dibutuhkan cara untuk tentukan terminal-terminal pada regulator sistem pengisian pada mobil. Lalu bagaimana cara identifikasi terminal regulator pengisian mobil?



Untuk cara identifikasi atau menemukan terminal regulator pada sistem pengisian mobil ada 2 cara yang bisa dipakai yakni Secara visual tanpa alat ukur dan dengan cara memakai alat ukur Ohmmeter.

Untuk lebih jelasnya berikut merupakan ulasan terkait dua cara yang dapat digunakan untuk identifikasi terminal pada regulator pengisian mobil.

 


Cara Identifikasi Terminal Regulator Pengisian Mobil

A.   Identifikasi Terminal Regulator Secara Visual

Cara identifikasi terminal regulator ini cukup melihat ciri khusus secara visual terkait terminal terminal pada regulator pengisian mobil yaitu:

1.    Menemukan Terminal E

Balik Status regulator jika kelihatan kabel terminal langsung di solder (digabungkan) dengan bodi regulator, karena itu terminal itu ialah terminal E.

2.    Menemukan Terminal IG dan F

Membuka tutup regulator, Terminal IG dan F ialah Yang digabungkan dengan tahanan atau resistor, Dikeling dengan poin holder yang jika diurutkan akan berjumpa pokok pada belitan Voltage regulator karena itu terminal tesebut ialah terminal IG, hingga seca langsung kita bisa dapatkan terminal yang satunya ialah terminal F

3.    Menemukan Terminal B

Saksikan platina samping yang terpisah (tidak sama-sama mendekat) pada Voltage relay, Balik status regulator dan mencari kabel yang diurutkan dengan platina barusan.

4.     Menemukan Terminal L dan N

Terminal L dan N ialah terminal yang disambungkan dengan kumparan,
Terminal N ialah terminal yang langsung keluar dari kumparan, sedang terminal L ialah selain berjumpa dengan kumparan digabungkan dengan poin holder platina tengah.

B. Identifikasi Terminal Regulator Dengan Alat Ukur (Ohm Meter)

Selain secara visual, cara mengenali terminal regulator pada mobil dapat menggunakan alat ukur seperti multitester atau ohm meter.

1. Menemukan Terminal E

Tempatkan salah satunya kabel ohm mtr. ke bodi regulator. Ujung yang lain ditempatkan ke semua terminal secara berganti-gantian, jika jarum memperlihatkan NOL disebutkan terminal E.

Catatan :
Platina voltage relay di penyekat dengan isolator (kertas atau karet) terlebih dulu agar tidak ada sama-sama mendekat.

2. Menemukan Terminal N

Sambungkan terminal E, yang satu keseluruh terminal.
Jika tahanan ± 23 Ω ( tahanan lebih kecil dibanding terminal L) disebutkan terminal N.

3. Menemukan Terminal L

Sambungkan terminal E, yang satu keseluruh terminal.
Jika tahanan ± 100 Ω (Tahanan semakin besar dari terminal N) disebutkan terminal L.

4. Menemukan Terminal B

Jika berjumpa dengan kabel yang tidak punyai jalinan dengan terminal lain disebutkan terminal B.

5. Menemukan Terminal IG

Satu kabel ke platina sisi tengah dari voltage regulator. Ujung lainnya disambungkan ke terminal-terminal regulator.
Jika tahanan ± 11 Ω disebutkan terminal IG atau terminal yang benjolannya berupa bintang atau terminal yang mendapat pokok pada voltage regulator (tentukan salah satunya cara)

6. Menemukan Terminal F

Karena ke-5 terminal telah bertemu, automatis terminal paling akhir yakni terminal F.


C. Identifikasi Terminal Regulator Dengan Warna Kabel

Cara paling mudah untuk  menemukan terminal regulator pengisian mobil yaitu dengan melihat warna kabel yaitu

1.      IG memiliki warna kabel putih strip merah

2.      N memiliki warna kabel putih strip biru

3.      F memiliki warna kabel putih strip hijau

4.      E memiliki warna kabel putih strip hitam

5.      L memiliki warna kabel kuning strip putih

6.      B memiliki warna kabel putih

Diatas adalah cara identifikasi terminal regulator pengisian pada mobil. Semoga dapat menambah wawasan pengetahuan.


Rabu, 08 September 2021

PERAWATAN SISTEM PENGISIAN( PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN PENGISIAN )

 

PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN PENGISIAN TANPA BEBAN

Langkah-langkah pemeriksaan arus dan tegangan pengisian tanpa beban meliputi:

·      Hubungkan clem positif volt meter dengan terminal positif baterai dan clem negatif volt meter dengan terminal negatif baterai.

·      Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.



Pemasangan Volt-Amper meter

 

·      Hidupkan mesin, atur putaran mesin dari putaran idle sampai putaran 2000 rpm.

·      Periksa penunjukan pada Volt-Amper meter.

Standar penunjukan untuk sistem pengisian regulator mekanik: Arus kurang dari 10 A dan tegangan: 13,8-14,8 volt.


Standar penunjukan untuk sistem pengisian IC regulator: Arus kurang dari 10 A dan tegangan untuk regulator tipe A: 13,8-14,1 volt sedangkan tegangan tipe M: 13,9-15,1 volt.



Arus dan Tegangan pengisian tanpa beban

 

PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN PENGISIAN DENGAN BEBAN

·      Pasang Volt meter yaitu menghubungkan clem positif pada terminal positif baterai dan clem negatif pada terminal negatif baterai.

·      Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.



Pemasangan Volt-Amper meter

 

·      Hidupkan mesin, atur putaran mesin dari putaran idle sampai 2000 rpm, Hidupkan lampu kepala dan fan AC. Periksa penunjukan pada Amper-Volt meter.
Standar penunjukan untuk regulator mekanik , arus lebih dari 30 A dan tegangan: 13,8-14,8 A.
Standar penunjukan tegangan untuk sistem pengisian IC regulator, IC tipe A: 13,8-14,1 volt sedangkan regulator tipe M: 13,9-15,1 volt.



Tegangan dan Arus dengan beban

 

Apabila setelah dilakukan pemeriksaan seperti di atas dan hasil dari pemeriksaan arus serta tegangan kurang dari spesifikasi, maka lakukan langkah berikut:

·      Periksa tegangan antara terminal positif baterai dengan terminal B alternator, tegangan harus NOL volt, jika ada tegangan berarti ada sambungan yang kurang kuat atau putus.

·      Periksa tegangan antara bodi alternator dengan terminal negatif baterai, tegangan harus NOL volt, bila ada tegangan maka pemasangan alternator kurang baik, terminal kotor atau kabel massa kendor/berkarat.



Pemeriksaan Kabel atau Konektor kotor atau kendor

 

Jika hasil pemeriksaan arus dan tegangan menunjukan sistem pengisian tidak berfungsi, yaitu tidak ada arus pengisian maka:

·      Tipe regulator mekanik: Hubungkan terminal F dengan terminal B menggunakan kabel jumper, dengan langkah ini jika arus pengisian normal maka kemungkinan yang rusak adalah regulator, fuse atau kabel regulator lepas. Bila tidak ada arus pengisian kemungkinan alternator yang rusak maka harus  dioverhaul.

·      Tipe IC regulator: Pada sistem pengisian dengan IC regulator bila tidak ada arus pengisian, maka hubungkan terminal F dengan bodi alternator menggunakan kawat atau penghantar. Bila arus pengisian menjadi normal maka kemungkinan yang rusak adalah IC regulator. Jika tetap tidak ada pengisian kemungkinan yang rusak adalah alternatornya dan harus dioverhaul.



Jumper pada Alternator dengan IC Regulator

 

Trouble Shooting

 

Alternator berfungsi untuk menghasilkan energi listrik dari putaran mesin. Energi
listrik yang dihasilkan digunakan untuk mengisi energi dalam aki dan digunakan
untuk peralatan listrik lainnya. Kerusakan pada alternator biasanya tidak terlihat
langsung, tetapi dampaknya lebih terlihat pada kegagalan aki dalam menyediakan
energi listrik bagi peralatan listrik kendaraan. Berikut ini beberapa tanda kerusakan
pada alternator:


Kerusakan Pada Sistem Pengisian :

Aki tidak terisi tetapi mesin dapat distarter. Hal ini karena:

1. Belt alternator kendor atau sudah aus.

2. Kabel alternator terkelupas atau putus.

3. Alternator rusak

4. Regulator tegangan rusak

5. Baterai rusak


Alternator berisik. Hal ini karena:

1. Belt alternator kendor atau sudah aus.

2. Flens puli alternator bengkok

3. Alternator rusak

4. Dudukan alternator kendor

 

Lampu atau sekering seringkali putus. Hal ini karena:

C  Sistem perkabelan ada yang rusak.

C  Alternator rusak

C  Aki rusak.

Lampu pengisian akan menyala, bila alternator tidak mengirimkan jumlah listrik yang normal. Ini terjadi kalau tegangan dari terminal N alternator kurang dari jumlah yang diperlukan.


Lampu indikator accu yang menyala terus saat mesin hidup adalah tanda terjadi masalah pada sistem pengisian. Penyebabnya bisa karena undercharge atau overcharge.

Pada prinsipnya pasokan dan kebutuhan listrik harus setara. Energi listrik yang dihasilkan alternator ini harus sesuai dengan beban listrik yang dipakai. Mobil umumnya mempunyai tegangan standar alternator 13 volt hingga 15,2 volt.


Pasokan listrik dari alternator tidak boleh di bawah atau di atas angka tersebut. Jika pasokan listrik di bawah angka standar, maka disebut undercharge. Sebaliknya, jika lebih dari 15,2 volt disebut overcharge. Bila dibiarkanundercharge , bisa berpotensi aki kekurangan listrik, sehingga mesin tidak dapat di starter. Pasalnya untuk menstarter mesin dibutuhkan listrik yang besar. Sebaliknya, kondisi overcharge menyebabkan pasokan listrik dari alternator berlebih. Ini akan membuat dlam aki terjadi reaksi kimia yang berlebihan sehingga aki menjadi panas dan bertekanan tinggi. Oleh karena itu kedua kondisi ini harus dihindari.

Pengetesan Komponen Sistem Pengisian

Cara mengetes rectifier/kiprok:

·      Set multitester/AVO meter di Volt DC 50 V.

·      Tempelkan kabel merah (+) ke kutub Positif dan kabel hitam (-) kekutub Negatif.

·      Hidupkan mesin, biarkan pada rpm idle, lihat pembacaan di meter, harusnya menunjukkan 12 Volt

·      Naikkan rpm sampe >5000rpm, lihat pembacaan harusnya bergerak naik berkisar 13,5 Volt s/d 14,5 Volt (CMIIW). Bila menunjukkan nilai diluar kisaran itu berarti kiprok/rectifier rusak.


Cara mengetes alternator/spul :

·      Copot kabel yang menghubungkan alternator ke kiprok/rectifier.

·      Set multitester/AVO meter di Volt AC 50 V

·      Hubungkan ke dua kabel dari multitester/AVO meter ke 2 kabel kuning dan dari alternator. Hati-hati sekali jangan sampai short/tersambung.

C  Nyalakan mesin, biarkan pada rpm idle.

C  Lihat pembacaan pada AVO meter, bila menunjuk ke kiri, berarti kabel terbalik. Bila menunjuk ke kanan dan pada >12Volt, berarti masih baik.


Yang harus diperhatikan pada system pengisian adalah :

·      Semua socket dan kutub aki harus dalam keadaan bersih, tidak ada oksidasi
maupun karat.

·      Pastikan tidak ada kabel yang menyentuh bagian heatsink rectifier.

·      Selalu memeriksa ketingian air aki. Karena ini bisa sebagai indikasi kiprok rusak.
Bila air aki cepat habis, berarti arus listrik pengisian terlalu besar, berarti juga
kiprok mendekati rusak.

Pinion Depth & Contact Patch Explained

Amati Video Berikut dan diskusikan dengan temen