Selasa, 23 November 2021
Senin, 22 November 2021
Senin, 18 Oktober 2021
Sistem Pengapian Konvensional: Pengertian, Fungsi, Komponen dan Cara Kerja
Sistem Pengapian Konvensional : Pengertian, Fungsi, Komponen dan Cara Kerja – Motor bakar merupakan motor yang menghasilkan tenaga melalui proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar di dalam cylinder (ruang bakar). Berdasarkan jenis bahan bakarnya, motor bakar khususnya mobil dibedakan menjadi dua yaitu mesin bensin dan mesin diesel.
Pada mesin bensin, pada akhir langkah kompresi dibutuhkan percikan bunga api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompresi tadi. Sehingga akan terjadi langkah usaha yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan mobil.
Lihat selengkapnya tentang siklus kerja motor dalam artikel : Cara Kerja Motor 4 Langkah (Tak).
Sebuah sistem yang menyediakan percikan bunga api dalam ruang bakar ini disebut sebagai sistem pengapian. Percikan atau loncatan bunga api akan terjadi pada ujung elektroda pada busi, bunga api ini dapat terjadi apabila tegangan yang melawatinya cukup tinggi. Untuk itu diperlukan ignition coil (koil pengapian) untuk menaikkan tegangan baterai (12 volt) menjadi 10k volt.
Tegangan yang telah dinaikkan akan disalurkan/dibagi ke masing-masing silinder oleh distributor melalui kabel busi (kabel tegangan tinggi). Seiring perkembangan teknologi, sistem pengapian ini terus berkembang dengan kecanggihan dan kefektifannya.
Ada sistem pengapian elektronik yang menggunakan transistor, CDI dan lain-lain, komponennya pun juga mengalami perkembangan. Misal saja pada sistem pengapian konvensional menggunakan satu ignition coil untuk 4 silinder, namun pada mobil-mobil sekarang terdapat satu ignition coil untuk satu silinder, atau satu inginiton coil untuk 2 silinder.
Sebelum memahami sistem pengapian elektronik, kita akan mempelajari terlebih dahulu mengenai sistem pengapian konvensional. Kita akan mempelajari mulai dari pengertian sistem pengapian, fungsi sistem pengapian, komponen-komponennya dan cara kerja sistem pengapian konvensional.
Tapi sebelum itu semua, bantu website ini dengan like fanspage dan subcribe channel YouTube bisaotomotif.com yaa.. Terimakasih !!
Pengertian Sistem Pengapian Konvensional
Pengertian ke 1 :
Sistem pengapian konvensional adalah sebuah sistem pada kendaraan bermotor yang berfungsi untuk membangkitkan tegangan baterai (12 volt) menjadi tegangan tinggi (10k volt) yang kemudian disalurkan ke masing-masing silinder sehingga menghasilkan loncatan bunga api pada busi yang dibutuhkan untuk proses pembakaran.
Pengertian ke 2 :
Sistem pengapian konvensional adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk menyediakan loncatan bunga api pada busi dengan cara menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi (pada coil) dengan bantuan platina (breaker point) untuk memutuskan arus primer (arus dari baterai).
Fungsi Sistem Pengapian
Sistem pengapian konvensionel memiliki beberapa fungsi utama yaitu :
1. Menyediakan loncatan bunga api pada busi dalam waktu yang tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar.
2. Agar terjadi loncatan bunga api, maka tegangan harus tinggi. Sehingga sistem pengapian juga berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi pada coil melalui hubung singkat arus primer oleh breaker point (platina).
Komponen-komponen Sistem Pengapian Konvensional + Fungsinya
Sistem pengapian konvensional memiliki beberapa komponen utama, yang membedakan komponen sistem pangapian konvensional dan elektronik adalah pada pemutusan arus primernya. Pemutusan arus primer ini bertujuan agar pada ignition coil terjadi induksi tegangan tinggi.
Pada pengapian konvensional pemutusan arus primer dilakukan oleh breaker point (platina), sementara pada pengapian elektronik dilakukan oleh transistor maupun CDI (Capasitor Dicharge Igntiton).
Okee, berikut adalah komponen-komponen sistem pengapian beserta fungsinya :

Komponen sistem pengapian konvensional
1. Baterai
Dalam sistem pengapian baterai ini berfungsi untuk menyediakan arus listrik voltase rendah (12 volt) untuk ignition coil. Selain menjadi komponen sistem pengapian, baterai juga berfungsi untuk mensuplay kebutuhan kelistrikan pada saat mesin belum hidup, komponen yang disuplay antara lain sistem pengisian, klakson, sistem starter dan komponen kelistrikan bodi yang lain.
2. Ignition coil
Berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai (12) menjadi tegangan tinggi (10KV atau lebih) yang dibutuhkan untuk pengapian (meloncatkan bunga api pada busi).
Koil pengapian terdiri dari dua kumparan yang masing-masing dililitkan pada inti besi. Kumparan pertama disebut dengan kumparan primer, dan yang kedua disebut kumparan sekunder.
Kumparan primer akan menerima arus dari baterai, yang kemudian akan diputus oleh breaker point (platina) sehingga pada kumparan sekunder terjadi induksi elektromagnetik dan membangkitkan tegangan hingga 10K volt atau lebih.

Kumparan primer coil memiliki kawat tembaga yang lebih besar (0,5 – 1,0 mm) namun memiliki jumlah gulungan yang lebih sedikit dibandingkan kumparan sekunder yaitu 150 – 300 kali.
Sebaliknya, kumparan sekunder memiliki kawat tembaga dengan diameter yang lebih kecil, namun memiliki jumlah gulungan yang lebih banyak yaitu antara 15.000 – 30.000 gulungan.
3. Distributor

Berfungsi untuk membagi/mendistribusikan tegangan tinggi yang telah dibangkitkan oleh ignition coil ke masing-masing silinder. Distributor terdiri dari beberapa komponen yaitu :

a. Cam (nok)
Berfungsi untuk membuka breaker point (platina) pada sudut crankshaft (poros engkol) yang tepat untuk setiap silinder. Nok ini terhubung dengan poros distributor, dan biasanya digerakkan oleh poros nok (cam shaft)
b. Breaker point (platina)
Berfungsi untuk memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer pada ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
c. Kondensor
Berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api yang terjadi pada platina saat membuka dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil sekunder.
Baca lebih lanjut : Fungsi Kondensor pada Sistem Pengapian
d. Centrifugal Governor Advancer
Berfungsi memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.
e. Vakum Advancer
Berfungsi untuk memajukan saat pengapian berdasarkan beban mesin. Bentuknya mirip seperti piringan dengan dua buah selang yang dihubungkan ke karburator dan intake manifold.
Komponen yang satu ini dipasang pada distributor, dan dihubunkan dengan backing plate atau dudukan dari platina. Sehingga ketika komponen ini aktif, dia akan menggeser backing plate yang akan mempengaruhi buka tutup platina.

Keterangan gambar :
1. Plat dudukan kontak pemutus yang bergerak radial
2. Batang penarik
3. Diafragma
4. Pegas
5. Langkah maksimum
6. Sambungan slang vakum
Selengkapnya bisa baca dalam artikel : Fungsi, Bagian, dan Cara Kerja Vakum Advancer
f. Rotor
Berfungsi membagikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh ignition coil ke tiap-tiap busi.
g. Distributor Cap
Berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi untuk masing-masing busi.
4. Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Cord)
Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi. Orang kada menyebut komponen ini sebagai kabel busi.
Kabel busi ini bisa saja mengalami masalah seperti hambatan terlalu besar atau bahkan bisa terputus. Bila hal itu terjadi maka pengapian yang dihasilkan tidak maksimal.
Baca: Cara Memeriksa Kabel Tegangan Tinggi
5. Busi (Spark Plug)
Fungsi Busi adalah untuk menghasilkan loncatan bunga api melalui elektrodanya. Atau mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncata bunga api pada elektrodanya. Nama lain dari busi adalah spark plug.
Baca: Penyebab Busi Berwarna Hitam
Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Cara kerja sistem pengapian konvensional di bawah ini di bagi menjadi dua bagian yaitu pada saat platina membuka dan pada saat platina menutup.
Cara kerja ini juga mengilustrasikan bagaimana arus listrik dari baterai 12 volt yang kemudian dibangkitkan menjadi 10k volt yang terjadi pada kumparan sekunder ignition coil dan kemudian disalurkan ke-busi melalui kabel busi.
1. Saat Kontak Platina Menutup

Ilustrasi di atas adalah cara kerja sistem pengapian pada saat kontak platina menutup. Pada saat ini aliran arus dari baterai akan mengalir ke kunci kontak, kumparan primer coil, menuju ke platina dan ke massa. Lihat aliran arus pada garis berwarna merah.
Karena kumparan primer pada ignition coil dialiri arus, maka akan terjadi kemagnetan pada kumparan tersebut.
2. Saat Kontak Platina Membuka

Ketika nok distributor berputar kemudian membuka kontak platina, maka arus primer (arus yang mengalir pada kumparan primer coil) akan terputus secara tiba-tiba. Pemutusan arus ini akan mengakibatkan indusi elektromagnetik pada kumparan sekunder coil. Tegangan akan dibangkitkan menjadi 10k volt atau lebih.
Arus yang telah dibangkitkan di kumparan sekunder coil ini akan dialirkan ke rotor dan di distribusikan ke masing-masing busi. Busi yang teraliri arus tegangan tinggi akan terjadi loncatan bunga api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar.
Kontak platina yang membuka dan menutup akan menghasilkan percikan juga pada kontak platina, percikan ini akan merugikan tegangan dan membuat kontak platina lebih cepat aus.
Merugikan tegangan karena pemutusan arus primer akan terhambat akibat percikan api. Untuk itulah ada kondensor yang akan menyerap tegangan dan menyimpannya, sehingga loncatan bunga api pada platina dapat diminimalisisr.
EVALUASI
Kamis, 16 September 2021
Cara identifikasi Terminal Regulator
Pada regulator pengisian mobil terdapat beberapa terminal. Oleh karena
itu dibutuhkan cara untuk tentukan terminal-terminal pada regulator sistem
pengisian pada mobil. Lalu bagaimana cara identifikasi terminal regulator
pengisian mobil?
Untuk cara identifikasi atau menemukan terminal regulator pada sistem
pengisian mobil ada 2 cara yang bisa dipakai yakni Secara visual tanpa alat
ukur dan dengan cara memakai alat ukur Ohmmeter.
Untuk lebih jelasnya berikut merupakan ulasan terkait dua cara yang
dapat digunakan untuk identifikasi terminal pada regulator pengisian mobil.
Cara
Identifikasi Terminal Regulator Pengisian Mobil
A.
Identifikasi Terminal
Regulator Secara Visual
Cara identifikasi terminal regulator ini
cukup melihat ciri khusus secara visual terkait terminal terminal pada
regulator pengisian mobil yaitu:
1.
Menemukan Terminal E
Balik Status regulator jika kelihatan kabel
terminal langsung di solder (digabungkan) dengan bodi regulator, karena itu
terminal itu ialah terminal E.
2.
Menemukan Terminal IG dan F
Membuka tutup regulator, Terminal IG dan F
ialah Yang digabungkan dengan tahanan atau resistor, Dikeling dengan poin
holder yang jika diurutkan akan berjumpa pokok pada belitan Voltage regulator
karena itu terminal tesebut ialah terminal IG, hingga seca langsung kita bisa
dapatkan terminal yang satunya ialah terminal F
3.
Menemukan Terminal B
Saksikan platina samping yang terpisah (tidak sama-sama
mendekat) pada Voltage relay, Balik status regulator dan mencari kabel yang
diurutkan dengan platina barusan.
4. Menemukan Terminal L dan N
Terminal
L dan N ialah terminal yang disambungkan dengan kumparan,
Terminal N ialah terminal yang langsung keluar dari kumparan, sedang terminal L
ialah selain berjumpa dengan kumparan digabungkan dengan poin holder platina
tengah.
B.
Identifikasi Terminal Regulator Dengan Alat Ukur (Ohm Meter)
Selain secara visual, cara mengenali terminal
regulator pada mobil dapat menggunakan alat ukur seperti multitester atau ohm
meter.
1. Menemukan Terminal E
Tempatkan
salah satunya kabel ohm mtr. ke bodi regulator. Ujung yang lain ditempatkan ke
semua terminal secara berganti-gantian, jika jarum memperlihatkan NOL
disebutkan terminal E.
Catatan
:
Platina voltage relay di penyekat dengan isolator (kertas atau karet) terlebih
dulu agar tidak ada sama-sama mendekat.
2. Menemukan Terminal N
Sambungkan
terminal E, yang satu keseluruh terminal.
Jika tahanan ± 23 Ω ( tahanan lebih kecil dibanding terminal L) disebutkan
terminal N.
3. Menemukan Terminal L
Sambungkan
terminal E, yang satu keseluruh terminal.
Jika tahanan ± 100 Ω (Tahanan semakin besar dari terminal N) disebutkan
terminal L.
4. Menemukan Terminal B
Jika
berjumpa dengan kabel yang tidak punyai jalinan dengan terminal lain disebutkan
terminal B.
5. Menemukan Terminal IG
Satu
kabel ke platina sisi tengah dari voltage regulator. Ujung lainnya disambungkan
ke terminal-terminal regulator.
Jika tahanan ± 11 Ω disebutkan terminal IG atau terminal yang benjolannya
berupa bintang atau terminal yang mendapat pokok pada voltage regulator
(tentukan salah satunya cara)
6. Menemukan Terminal F
Karena
ke-5 terminal telah bertemu, automatis terminal paling akhir yakni terminal F.
C.
Identifikasi Terminal Regulator Dengan Warna Kabel
Cara paling mudah untuk menemukan
terminal regulator pengisian mobil yaitu dengan melihat warna kabel yaitu
1. IG memiliki warna kabel putih strip merah
2. N memiliki warna kabel putih strip biru
3. F memiliki warna kabel putih strip hijau
4. E memiliki warna kabel putih strip hitam
5. L memiliki warna kabel kuning strip putih
6. B memiliki warna kabel putih
Diatas
adalah cara identifikasi terminal regulator pengisian pada mobil. Semoga dapat
menambah wawasan pengetahuan.
Rabu, 08 September 2021
PERAWATAN SISTEM PENGISIAN( PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN PENGISIAN )
PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN PENGISIAN TANPA BEBAN
Langkah-langkah pemeriksaan arus dan tegangan pengisian
tanpa beban meliputi:
· Hubungkan clem positif volt meter dengan terminal positif
baterai dan clem negatif volt meter dengan terminal negatif baterai.
· Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel
positif baterai.
![]() |
Pemasangan Volt-Amper meter
· Hidupkan mesin, atur putaran mesin dari putaran idle sampai
putaran 2000 rpm.
· Periksa penunjukan pada Volt-Amper meter.
Standar penunjukan untuk sistem
pengisian regulator mekanik: Arus kurang dari 10 A dan tegangan: 13,8-14,8
volt.
Standar penunjukan untuk sistem pengisian IC regulator: Arus kurang dari 10 A
dan tegangan untuk regulator tipe A: 13,8-14,1 volt sedangkan tegangan tipe M:
13,9-15,1 volt.
Arus dan Tegangan pengisian tanpa
beban
PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN PENGISIAN DENGAN BEBAN
· Pasang Volt meter yaitu menghubungkan clem positif pada
terminal positif baterai dan clem negatif pada terminal negatif baterai.
· Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel
positif baterai.
Pemasangan Volt-Amper meter
· Hidupkan mesin, atur putaran mesin dari putaran idle sampai
2000 rpm, Hidupkan lampu kepala dan fan AC. Periksa penunjukan pada Amper-Volt
meter.
Standar penunjukan untuk regulator mekanik , arus lebih dari 30 A dan tegangan:
13,8-14,8 A.
Standar penunjukan tegangan untuk sistem pengisian IC regulator, IC tipe A:
13,8-14,1 volt sedangkan regulator tipe M: 13,9-15,1 volt.
Tegangan dan Arus dengan beban
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan seperti di atas dan
hasil dari pemeriksaan arus serta tegangan kurang dari spesifikasi, maka
lakukan langkah berikut:
· Periksa tegangan antara terminal positif baterai dengan
terminal B alternator, tegangan harus NOL volt, jika ada tegangan berarti ada
sambungan yang kurang kuat atau putus.
· Periksa tegangan antara bodi alternator dengan terminal
negatif baterai, tegangan harus NOL volt, bila ada tegangan maka pemasangan
alternator kurang baik, terminal kotor atau kabel massa kendor/berkarat.
Pemeriksaan Kabel atau Konektor
kotor atau kendor
Jika hasil pemeriksaan arus dan tegangan menunjukan sistem
pengisian tidak berfungsi, yaitu tidak ada arus pengisian maka:
· Tipe regulator mekanik: Hubungkan terminal F dengan terminal
B menggunakan kabel jumper, dengan langkah ini jika arus pengisian normal maka
kemungkinan yang rusak adalah regulator, fuse atau kabel regulator lepas. Bila
tidak ada arus pengisian kemungkinan alternator yang rusak maka harus dioverhaul.
· Tipe IC regulator: Pada sistem pengisian dengan IC regulator
bila tidak ada arus pengisian, maka hubungkan terminal F dengan bodi alternator
menggunakan kawat atau penghantar. Bila arus pengisian menjadi normal maka
kemungkinan yang rusak adalah IC regulator. Jika tetap tidak ada pengisian
kemungkinan yang rusak adalah alternatornya dan harus dioverhaul.
Jumper pada Alternator dengan IC Regulator
Trouble Shooting
Alternator berfungsi untuk menghasilkan energi
listrik dari putaran mesin. Energi
listrik yang dihasilkan digunakan untuk mengisi energi dalam aki dan digunakan
untuk peralatan listrik lainnya. Kerusakan pada alternator biasanya tidak
terlihat
langsung, tetapi dampaknya lebih terlihat pada kegagalan aki dalam menyediakan
energi listrik bagi peralatan listrik kendaraan. Berikut ini beberapa tanda
kerusakan
pada alternator:
Kerusakan Pada Sistem Pengisian :
Aki tidak terisi tetapi mesin dapat distarter.
Hal ini karena:
1. Belt alternator kendor atau sudah aus.
2. Kabel alternator terkelupas atau putus.
3. Alternator rusak
4. Regulator tegangan rusak
5. Baterai rusak
Alternator berisik. Hal ini karena:
1. Belt alternator kendor atau sudah aus.
2. Flens puli alternator bengkok
3. Alternator rusak
4. Dudukan alternator kendor
Lampu atau sekering seringkali putus.
Hal ini karena:
C Sistem
perkabelan ada yang rusak.
C Alternator
rusak
C Aki
rusak.
Lampu pengisian akan menyala,
bila alternator tidak mengirimkan jumlah listrik yang normal. Ini terjadi kalau
tegangan dari terminal N alternator kurang dari jumlah yang diperlukan.
Lampu indikator accu yang menyala terus saat mesin hidup adalah tanda
terjadi masalah pada sistem pengisian. Penyebabnya bisa karena undercharge atau
overcharge.
Pada prinsipnya pasokan dan kebutuhan listrik harus setara. Energi listrik yang
dihasilkan alternator ini harus sesuai dengan beban listrik yang dipakai. Mobil
umumnya mempunyai tegangan standar alternator 13 volt hingga 15,2 volt.
Pasokan listrik dari alternator tidak boleh di bawah atau di atas angka
tersebut. Jika pasokan listrik di bawah angka standar, maka disebut
undercharge. Sebaliknya, jika lebih dari 15,2 volt disebut overcharge. Bila
dibiarkanundercharge , bisa berpotensi aki kekurangan listrik, sehingga mesin
tidak dapat di starter. Pasalnya untuk menstarter mesin dibutuhkan listrik yang
besar. Sebaliknya, kondisi overcharge menyebabkan pasokan listrik dari
alternator berlebih. Ini akan membuat dlam aki terjadi reaksi kimia yang
berlebihan sehingga aki menjadi panas dan bertekanan tinggi. Oleh karena itu
kedua kondisi ini harus dihindari.
Pengetesan Komponen Sistem Pengisian
Cara mengetes rectifier/kiprok:
· Set multitester/AVO meter di Volt DC 50 V.
· Tempelkan kabel merah (+) ke kutub Positif dan kabel hitam
(-) kekutub Negatif.
· Hidupkan mesin, biarkan pada rpm idle, lihat pembacaan di
meter, harusnya menunjukkan 12 Volt
·
Naikkan
rpm sampe >5000rpm, lihat pembacaan harusnya bergerak naik berkisar 13,5 Volt
s/d 14,5 Volt (CMIIW). Bila menunjukkan nilai diluar kisaran itu berarti
kiprok/rectifier rusak.
Cara mengetes alternator/spul :
· Copot kabel yang menghubungkan alternator ke
kiprok/rectifier.
· Set multitester/AVO meter di Volt AC 50 V
· Hubungkan ke dua kabel dari multitester/AVO meter ke 2 kabel
kuning dan dari alternator. Hati-hati sekali jangan sampai short/tersambung.
C Nyalakan mesin, biarkan pada rpm idle.
C Lihat pembacaan pada AVO meter, bila menunjuk ke kiri,
berarti kabel terbalik. Bila menunjuk ke kanan dan pada >12Volt, berarti
masih baik.
Yang harus diperhatikan pada system pengisian adalah :
· Semua socket dan kutub aki harus dalam keadaan bersih, tidak
ada oksidasi
maupun karat.
· Pastikan tidak ada kabel yang menyentuh bagian heatsink
rectifier.
· Selalu memeriksa ketingian air aki. Karena ini bisa sebagai
indikasi kiprok rusak.
Bila air aki cepat habis, berarti arus listrik pengisian terlalu besar, berarti
juga
kiprok mendekati rusak.
-
cara kerja motor starter, fungsi, komponen beserta gambar rangkaiannya yang ada pada kendaraan, sistem yang berfungsi sebagai penggerak ...
-
Wiring Diagram headlamp untuk kijang 5k Wiring Diagram turn signal untuk kijang 5k Saklar Kombinas Kijang
-
Pemeriksaan saat di Mobil Pemeriksaan baterai ini adalah pemeriksaan yang dilakukan pada kendaraan. Maksudnya adalah ketika sebuah mobil m...







